Kawan-kawan
Ini adalah petang, ketika bumi padang terguncang
Ketika tangan bumi minang terbang
“kalau engkau ingin tahu kawan’
Bagaimana saat itu sosok bumi minang
Yang cantik gemilau mulai robek terguncang
Seperti chaeril anwar yang telah hinag itu
Tapi paksa hatimu masuk dalam bola mata anak itu
Mata mungil seorang bocah minang di sudut sana
Mata yang sampai saat ini menangis tersedu-sedu
Dan ia tak tahu lagi ini itu
Tersimpan tantang….
Tentang lima menit sebelum semuanya begini malang
Tentang lima menit sebelum ia merengek minta uang
Minta uang pada bunda kandung
Juga…
Tentang lima menit ayah yang baru pulang dari ladang
Tentang terakhir ia mencium tangan kasair
Pekerja pagi ptang itu…
Ayah ….(hikss..)
Kawan-kawan.
Tenggelamkanlah dirimu pada air mata nan tergenang itu
Isi semua hatimu dengan semua wajah malang itu
Lihat dalam-dalam, lebih dalam lagi.
Kawan… lalu aku katakan…
Adik sayang…
Ayah bundamu memang…
Memang telah dipanggil maha penyayang
Uni uda-mu memang pergi sayang
Tapi jangan kira
Tak ada lagi yang menatapmu dengan sayang
Tapi jangan sangka
Masa depanmu telah hilang
Tidak, tidak akan begitu adikku.
Setelah itu, katakn dengan lembut, kawan
Nuaimy ini juga saudaramu adik tanpan
Dan
Maka ulurkanlah tanganmu
Niscaya kami akan memelukmu
Karna kau adalah bagian dari tubuhku
Pula tubuh dia
Pula tubuh mereka
Makanya adikku…
Menangis… jangan!
Takut… jangan!
Cemas… jangan!
Ini adalah petang, ketika bumi padang terguncang
Ketika tangan bumi minang terbang
“kalau engkau ingin tahu kawan’
Bagaimana saat itu sosok bumi minang
Yang cantik gemilau mulai robek terguncang
Seperti chaeril anwar yang telah hinag itu
Tapi paksa hatimu masuk dalam bola mata anak itu
Mata mungil seorang bocah minang di sudut sana
Mata yang sampai saat ini menangis tersedu-sedu
Dan ia tak tahu lagi ini itu
Tersimpan tantang….
Tentang lima menit sebelum semuanya begini malang
Tentang lima menit sebelum ia merengek minta uang
Minta uang pada bunda kandung
Juga…
Tentang lima menit ayah yang baru pulang dari ladang
Tentang terakhir ia mencium tangan kasair
Pekerja pagi ptang itu…
Ayah ….(hikss..)
Kawan-kawan.
Tenggelamkanlah dirimu pada air mata nan tergenang itu
Isi semua hatimu dengan semua wajah malang itu
Lihat dalam-dalam, lebih dalam lagi.
Kawan… lalu aku katakan…
Adik sayang…
Ayah bundamu memang…
Memang telah dipanggil maha penyayang
Uni uda-mu memang pergi sayang
Tapi jangan kira
Tak ada lagi yang menatapmu dengan sayang
Tapi jangan sangka
Masa depanmu telah hilang
Tidak, tidak akan begitu adikku.
Setelah itu, katakn dengan lembut, kawan
Nuaimy ini juga saudaramu adik tanpan
Dan
Maka ulurkanlah tanganmu
Niscaya kami akan memelukmu
Karna kau adalah bagian dari tubuhku
Pula tubuh dia
Pula tubuh mereka
Makanya adikku…
Menangis… jangan!
Takut… jangan!
Cemas… jangan!
13 Oktober 2009
Moh. Ridwan
15.45
Moh. Ridwan
15.45
0 komentar:
Posting Komentar