Home » » BELUM INGIN PULANG

BELUM INGIN PULANG

Written By azai fata on Selasa, 09 Oktober 2012 | 17.48.00

Dalam puisi ini aku terlahir sebagai stiletto merah
lalu kukerjap lagi hurufhurufnya. tumitku lelah, ganti ah
jadilah kets abu bertali abu, pernah kulihat di etalase toko
dan aku berjalan, puisi abuku menghampiri jarak demi jarak

memangkasnya menjadi dekat demi dekat. hati ke hati

jalan panjang, semak penghalang, alunalun dan keramaian
kesepian yang harus disinggahi berulangulang seperti pombensin
mengisi galon air mata dengan bahasa basabasi. tanpa henti

menyeruak jelaga di sekeliling wajahwajah berbedak tebal. senyum kumal

menghalau silau lampu sorot, melotot ke arah kelabu kanvasku
mungkin dia tak begitu puisi, cacat sempurna adat
atau tabi’atnya menyalahi pekat bayangan

lelah aku


harusnya aku memilih terlahir sebagai kasur

para pujangga tertidur mendengkur di atasku
bermalasmalasan sampai tekukur kesal
mereka merampas tutur bualnya

tapi tidak, akulah kets abu aus dimakan aspal

segumpal permen karet pernah menyapa: ”kau siapa?”
rupanya kami tak sejodoh, kucungkil dengan ranting kenari
kubuang sambil menari. sedikit keriangan takkan membunuh

tak sampai-sampai aku ke tuju, pulangku tak berumah

rumahku entah, kedua kaki siapa lagi ini. jempolnya busuk
nyaris kukutuk terantuk batu gunung
dasar bambung!

puisiku duduk selonjor, betisnya lobak

bengkak seperti maradona, itu loh yang dari argentina
kupijatpijat sambil ringisku terlepas kelupas demi kelupas
mestinya tapakku juga berzirah setekad baja

atau aku nekat melata saja

melanjutkan perjalanan luntaku. peta buta
kutopang segala kepenatan hari yang tak tertata
kapan usainya semua ini?

namun begitu tak tertanggungkan puisi ini. letih marak

aku tak mau dikotakkan di kardus, menghuni rak
tersudut rongsok. memimpikan suara klakson tikungan
kubangan air genang, octavio pernah terperosok di sana

kuda poni

iringan karavan
pengamen ukulele
anak kecil dengan kaleng: aku pernah melihat semua

aku masih ingin melihat yang lain. dunia!


sekejap jadikan aku apa saja, di perlintasan hatimu

gubahlah selayak-layaknya aku puisi terakhirmu. atau yang pertama
pionir langkah liku, lalu berikutnya pasti kepergian untuk kembali
puisi: anakanak kehidupan, kulahirkan dari rahim kerinduan

pulanglah ke dadaku...




Oleh :

       Anni Soetardjo

       08 10 12



0 komentar:

Posting Komentar