takkah kau raba geliatnya
telah kusederhanakan melebihi tabiatmu
mulai gelagapan menggelapkan terang
terangterangan sibak tabir selubung
dulu bersila menafsir matan sungsang
jungkir alangkepalang anasir remang
kita menyukai
sangat menyukai
sajak dalam laci teronggok di bawah kaki
kering anggur pialaku
dahaga
kata tak cukup menyawa
dadaku naza’
bosan
kuaduk gula dalam darahku
sedikit asupan platonik
kafein patetik
aku bosan
jantungku sedak. rontak berontak,
mendamba mabukku
Tuhan, cabut aku
cabut jenuh pembuluh
atau harus kubunuh ia,
puisi: belahan jiwa hamba
_________________________________________
ann, 181112: maka tak saja!
mulai gelagapan menggelapkan terang
terangterangan sibak tabir selubung
dulu bersila menafsir matan sungsang
jungkir alangkepalang anasir remang
kita menyukai
sangat menyukai
sajak dalam laci teronggok di bawah kaki
kering anggur pialaku
dahaga
kata tak cukup menyawa
dadaku naza’
bosan
kuaduk gula dalam darahku
sedikit asupan platonik
kafein patetik
aku bosan
jantungku sedak. rontak berontak,
mendamba mabukku
Tuhan, cabut aku
cabut jenuh pembuluh
atau harus kubunuh ia,
puisi: belahan jiwa hamba
_________________________________________
ann, 181112: maka tak saja!
0 komentar:
Posting Komentar