Home » » Tak Ada Biskuit Untuk Donestk

Tak Ada Biskuit Untuk Donestk

Written By azai fata on Jumat, 07 Desember 2012 | 13.36.00

Kemarin ada fenomena aneh dimana semua toko di Italia dan Ukraina yang biasanya menjual biskuit secara serempak tutup tanpa diketahui secara pasti apa penyebabnya dan itu berarti kesempatan untuk membeli biskuit dari Turin oleh Juventus dan Donestk oleh Shakhtar untuk dibawa ke Donbass Arena dalam sebuah ritual persekongkolan terselebung dengan maksud untuk menjatuhkan  dinasti “The Roman Emperor” dari orbitnya di Liga Champions musim ini tidak terjadi. Tidak ada hasil pertandingan yang menguntungkan kedua belah pihak  seperti yang divonis publik Stamford Bridges and pers Inggris pada umumnya.
Juve tidak datang ke Ukraina untuk mengejar target win-win solution, karna tidak ada sedikitpun terlintas di benak seorang bekas pejuang perang bernama Antonio Conte untuk melakukan hal “tak bermartabat” seperti itu. kenyataannya Juve datang untuk mengejar passion tertinggi di dalam sebuah pertandingan sepakbola yaitu menang, tidak ada belas kasihan untuk  kubu tuan rumah untuk bisa dengan muda melenggang begitu saja keluar dari grup dengan status “Juara”.
tidak ada kue untuk shakhtar apalagi untuk Chelsea
Dan skuad tim yang diturunkan Juve seperti  menunjukan hal itu,  ke 11 pemain yang diturunkan oleh Conte adalah jajaran skuad terbaik, minus Marchisio yang tidak bisa bermain akibat akumulasi kartu kuning. hasilnya Juve membawa pulang 3 poin lewat gol bunuh diri Kucher pada menit ke 56 dan skor itu bertahan hingga akhir pertandingan. Tuah Don Bass Arena yang dikenal tidak ramah bagi tim lain berhasil dijinakkan dengan baik oleh skuad Champions of Italy. Nun jauh disana tepatnya di kota London,  40.356 fans sang juara bertahan eropa tak sanggup menahan pilu mendengar hasil ini walau sempat terhibur selama 90 menit dengan skor akhir 6-1 untuk keunggulan tuan rumah, tetap hal tersebut tak membantu mereka untuk bisa maju ke fase selanjutnya.
Juve beranjak dari grup dengan status juara  ditemani oleh  Shakhtar sebagai runner up, dan Chelsea sendiri harus rela dilempar dari jajaran kompetisi terelite di Eropa turun kasta ke Europa League dan bergabung dengan the likes of Ular Sawah, Lazio, Liverpool, etc.  lalu bagaimana peluang Juventus di babak selanjutnya? mari memutar otak sejenak.
dengan status sebagai Juara grup  E, Juve berpotensi untuk bertemu dengan Porto, Arsenal, Real Madrid, Valencia, Celtic, dan  Galatasaray yang masing masing adalah runner up di grup mereka.  siapa yang penulis pilih untuk jadi lawan nanti? sejujurnya itu adalah pilihan sulit. semua tim yang lolos ke fase knock out sudah pasti adalah tim yang baik, dan bukan tanpa alasan kenapa mereka sampai bisa lolos bukan? memandang remeh tim tertentu akan membuat keadaan menjadi tambah lebih buruk. Namun diatas jika dilihat dari peta kekuatan di atas kertas maka alangkah bijaknya menghindari Real Madrid, Porto dan Arsenal.
Madrid walau terseok-seok di kompetisi domestik , dengan Jose Mourinho disisi mereka tentu tak bisa dipandang sebelah mata ditambah dengan skuad mereka yang sangat-sangat dalam membuat semua orang yang masih merasa waras pasti berusaha menghindari mereka walaupun Juve terhitung mempunyai rekor yang baik ketika bertemu tim dengan kostum putih-putih ini. Dan ketika nanti kita misalnya bertemu mereka usahakan Agnelli meminjam sebentar seorang pria berumur 38 tahun  yang kini berkiprah di Australia karena terakhir kali kita bertemu mereka, 80 ribu suporter lawan di Berneabeu tak enggan untuk memberikan penghargaan berkelas kepada orang ini. (semoga kalimat ini tidak membuat anda bernostalgia)
Porto sendiri datang ke kompetisi ini sebagai juara bertahan Liga Portugal, dan dalam fase grup di Grup A sudah sejak matchday ke 4 mereka memastikan tiket mereka ke babak selanjutnya,  mereka hanya kalah sekali itupun oleh tim penuh bintang dan duit, P$G. dan itupun terjadi pada matchday terakhir kemarin. soal mental juara, tim ini tak usah diragukan lagi. 26 title sul campo Juara Liga Portugal adalah bukti tak terelekan dominasi mereka akhir-akhir ini. dan pemain-pemain seperti Lucho gonzalez, Joao Moutinho, dan Jackson Martinez siap memberikan kepedihan bagi siapa saja lawan mereka.
lalu bagaimana dengan Arsenal? well, mereka memang sudah lama tidak merasakan gelar kompetisi domestik namun ada satu orang yang bisa dijadikan alasan mengapa anda tetap harus menaruh hormat pada tim ini, Arsene Wenger. ya pria asal Prancis dengan keadaan seadanya selalu konsisten membawa Arsenal tetap berada dalam level tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Ditopang oleh kejelian duo  generator asal spanyol Mikel Arteta dan santi Cazorla ataupun kegesitan Theo Walcott & Oxlade Chamberlain ditengah atau lebih lebih lagi si Podolski & Gervinho yang siap meledak kapan saja membuat Arsenal dalam level tertentu bisa menghempaskan siapa saja, ditambah lagi satu faktor yang terelakkan, Emirates Stadium, kengerian akan memori dimana Milan  pernah disembelih musim lalu di arena ini sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Tidak pernah  mudah memang bermain di Stadion yang diresmikan pada oktober tahun 2004 ini.
***
Conte Isssss Backkkk!!!
dalam sebuah adegan di film ke 5 serial franchise terkenal  Harry Potter (Harry Potter and The Order Of Phoenix, 2007),   ada ucapan yang sangat  terkenal ketika menteri sihir, Cornelius Fudge menyadari dan melihat sendiri apa yang dia yakini selama ini tentang pengingkarannya akan fakta bahwa Lord voldemort sudah kembali, pupus. setelah pertempuran antara Prof Dumbledore dgn Lord Voldemort terjadi di salah satu ruang di kantor kementrian sihir, dirinya bersama dengan rombongan kementrian (yang datang terlambat) melihat dengan mata kepala sendiri bahwa si Lord Voldemort telah kembali dan dengan getirnya hanya mengucapkan kata “He’s back, He’s back” .
analogi diatas sepertinya tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi di italia saat ini. Yang seperti yang kita ketahui bersama-sama bahwa pertandingan lawan Shaktar kemarin adalah pertandingan terakhir Juve tanpa Conte di pinggir lapangan setelah harus dipaksa menepi sejak awal musim akibat dari sanksi keterlibatannya dalam kasus scomescopolfuckafnafbajsf rekayasa dagelan organisasi antek-antek merda, FIGC.
lawan-lawan Juve di kompetisi Italia sekarang was-was, ketakutan mulai menghampiri mereka melihat sang singa telah kembali. mereka menyadari bahwa mereka tidak lagi melawan tim yang tak sempurna karena bertanding tanpa pelatih-nya di pinggir lapangan. tidak ada lagi suara teriakan yang gema suaranya terhalangi bilik-bilik kaca di tiap-tiap stadion yang mengehelat pertandingan Juventus.
sebenarnya absennya Conte di pinggir lapangan sedikit banyak tidak mempengaruhi permainan Juve karena selama ia terkungkung di box-box neraka itu kereta Juve tetap terpacu kencang. dalam 21 pertandingan yang dimainkan oleh Juve selama masa hukuman Conte, Juve memenangi 14 pertandingan, 5 pertandingan berakhir seri dan sisanya harus menelan kekalahan. hasil tersebut membuat Juve masih kokoh di puncak klasemen kompetisi domestik dan keluar sebagai Juara Grup dalam kampanye di kompetisi Liga Champions.
namun jika dilihat bahwa kekalahan Juve didapat dari duo tim besar asal milan, maka aspek kehilangan Conte baru bisa terasa. dalam pertandingan yang sewajarnya membutuhkan suntikan morfin motivasi dalam dosis yang besar itu Juve terlihat sangat kehilangan Conte ketika gear perlahan sudah mulai menurun. Sangat naif jika mengabaikan faktor tersebut dan pekerjaan Angelo Alessio dan massimo Carerra  tentu  sudah sangat baik tapi Conte is  truly  Irreplaceable.
kembalinya Conte tidak hanya ditanggapi oleh antusias oleh para Juventini, namun juga dari pihak lawan yang mempunyai sportifitas yang tinggi seperti penyerang palermo, Franco Brienza . Dalam wawancaranya kepada sky italia, dia mengatakan bahwa Conte adalah pribadi yang jujur dan tulus serta menyangsikan kebenaran bahwa Conte benar-benar terlibat dalam kasus seperti yang dituduhkan oleh orang-orang.  terima kasih Brienza.
sekarang, sudah siapkah Juventini sekalian mendengar lagi teriakan yang membahana khas Conte ketika para gladiator hitam-putih mencetak gol di lapangan? mari menantikannya lagi saat Juve mendatangi Stadion Renzo Barbera kandang Palermo pada akhir pekan nanti.
***
Update Calciopoli
kemarin mantan direktur Juventus , Antonio Giraudo yang “terlibat” dalam calciopoli oleh pengadilan Napoli dikurangi sanksi dari yang sebelumnya 3 tahun menjadi hanya 20 bulan. Pengadilan hanya menemukan satu-satunya bukti bahwa ada yang mencurigakan dalam pertandingan Juventus vs Udinese pada tanggal 13 Februari 2005 (yang berakhir di dengan skor 2-1 ), namun ditolak ketika diminta apa dasar kecurigaan mereka. Dan dalam persidangan yang sama hakim membersihkan tuduhan kepada  Paolo Dondarini, Tiziano Pieri dan Tullio Lanesewere dimana ketiganya adalah mantan wasit yang pernah bertugas di Serie A.



www.signora.com

0 komentar:

Posting Komentar